Monday, February 3, 2020

6:00:00 PM - No comments

Pemuda, Sekolah, dan Indonesia Emas 2045

ndonesia akan menyentuh umur 100 tahun pada 2045 mendatang. Tahun 2045 disebut sebagai masa jendela demografi dimana jumlah usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih besar dibanding jumlah penduduk yang tidak produktif (di bawah 14 tahun atau di atas 65 tahun). Pada tahun 2020-2045, diprediksi bahwa angka penduduk usia produktif dapat mencapai 70%, sedangkan 30%-nya merupakan penduduk dengan usia yang tidak produktif. Hal ini dapat berdampak pada dua kemungkinan, yaitu bonus demografi atau kutukan demografi. Bonus demografi dapat tercapai jika kualitas sumber daya manusia di Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni sehingga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara. Sebaliknya, kutukan demografi akan terjadi jika jumlah penduduk yang berada pada usia produktif ini justru tidak memiliki kualitas yang baik sehingga menghasilkan pengangguran massal dan menjadi beban negara.

Indonesia Emas 2045 telah menjadi impian besar untuk membentuk Indonesia yang mampu bersaing dengan bangsa lain serta dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mendasar di Tanah Air kita, seperti isu korupsi dan kemiskinan. Kunci untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 berada pada kualitas sumber daya manusianya, terutama pemuda. Pada 30 tahun mendatang, pemuda yang sekarang masih menduduki bangku sekolah akan menjadi garda terdepan perkembangan bangsa ini baik sebagai pemangku jabatan atau bukan. Oleh karena itu, generasi pemuda harus menaikkan nilai sumber daya manusianya sehingga dapat menghasilkan kader terbaik bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur. 

Dalam pengembangan SDM, pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dan strategis. Pendidikan mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan di masa depan melalui pembentukan dan pendewasaan pengembangan kepribadian agar menjadi insan Indonesia yang berkarakter dilandasi iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang tidak akan mengalami balikan dalam 1 sampai 2 tahun, melainkan belasan tahun.

Sekolah adalah sumber utama untuk mendapatkan pendidikan. Sebenarnya pemerintah sudah cukup baik dengan mengubah kebijakan wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belajar 12 tahun, sayangnya sistem pendidikan di Indonesia masih belum berkualitas. Sistem pendidikan yang kebanyakan bersifat teoritis mengakibatkan siswa tidak bisa berbuat banyak setelah lulus sekolah. Selain itu, banyak guru yang tidak berkompeten dalam mengajar dan berakibat tidak meningkatnya kualitas siswa meskipun sudah berada di sekolah.

Selain aspek pendidikan, pembangunan karakter pada generasi muda juga tak kalah pentingnya. Pembangunan karakter dalam lingkup sekolah seperti berdoa sebelum dan setelah KBM, membuang sampah pada tempatnya, dan berjabat tangan ketika bertemu teman maupun guru adalah beberapa contoh pembiasaan pembangunan karakter yang baik. Namun, karena sistem pendidikan yang cenderung kuantitatif mengakibatkan terjadi persaingan yang tidak sehat. Banyak siswa berlaku curang, seperti mencontek, mengakui hasil karya orang lain, membeli jawaban, bahkan menyuap pun akan dianggap benar sejauh menjamin perolehan nilai tertinggi. Apalah artinya sistem pendidikan jika hanya menghasilkan sekumpulan orang pintar diatas kertas, tetapi pada kenyataannya mereka tidak tau apa apa dan tidak memiliki karakter yang baik untuk menunjang Indonesia Emas 2045.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan juga modal yang harus dimiliki generasi muda untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Dalam Kurikulum 2013, pemerintah sudah memberikan angin segar mengenai pendidikan kewirausahaan dengan mengadakan pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Sayangnya, kebanyakan guru pengampu mata pelajaran ini mempunyai latar belakang pendidikan yang tidak sesuai. Sebagai contoh di SMA Negeri 1 Banyumas, guru pengampu mata pelajaran ini memiliki latar belakang pendidikan biologi. Alih-alih menumbuhkan jiwa kreativitas dan kewirausahaan, siswa malah dicetak menjadi penghafal nama nama tumbuhan serta jumlah maksimal ayam bertelur sekali waktu.

Blunder juga dibuat oleh pemerintah dalam penyusunan Kurikulum 2013. Untuk mengadakan mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dihapuskan. Generasi Indonesia Emas 2045 harus bisa menguasai teknologi, tetapi pemerintah malah menghapuskannya dalam pendidikan formal. Wakil Menteri Pendidikan pada tahun 2013 pernah mengatakan bahwa anak SD bahkan TK sudah bisa bermain komputer dan internet. Jika itu alasannya, berarti kita tidak perlu belajar Bahasa Indonesia karena setiap hari kita berbicara dalam Bahasa Indonesia, atau tidak usah ada pelajaran Olahraga, cukup suruh kita lari mengitari sekolah saja sudah bisa disebut berolahraga. Poin yang ditekankan dalam pelajaran TIK adalah pemanfaatan yang baik serta etika dalam penggunaan TIK. Ujaran Wamendikbud pun bisa dikatakan tidak benar, pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak bisa mengoperasikan komputer bahkan tidak tau dimana tombol untuk menyalakan komputer. Untuk menyongsong Generasi Emas 2045, penguasaan teknologi sangat dibutuhkan malah diabaikan.

Menurut saya, solusi permasalahan tersebut adalah perombakan kurikulum. Mulai dari optimalisasi sistem pendidikan, menyediakan guru yang berkompeten dan berkualitas, serta mengembalikan pelajaran TIK.

Aspek pendidikan formal, pembangunan karakter, serta pembentukan jiwa kewirausahaan dan penguasaan teknologi seharusnya bisa kita dapatkan di sekolah serta harus kita miliki sebagai generasi muda supaya tangguh dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Ayo bersama kita bangun Indonesia Emas 2045!


0 komentar: