Sunday, November 11, 2018

8:49:00 PM - No comments

Izinkanlah Aku Mencintaimu Seperti Rahwana Mencintai Shinta



Rama adalah pahlawan. Rahwana adalah penjahat. Pemahaman ini sudah meluas di masyarakat, tapi ternyata ada sisi lain dibalik itu semua. Dalam sebuah cerita pasti ada sisi hitam dan putih.

Di sisi putih terdapat Sang Ramacandra yang digambarkan sebagai sosok sempurna tanpa kekurangan. Wajah tampan rupawan, bijaksana, lembut, dan lain sebagainya. Sosok Rama terlalu sempurna untuk di deskripsikan.

Sedang di sisi hitam, terdapat Rahwana, Raja Alengka yang diceritakan sebagai pemantik kerusuhan dalam cerita ini. Digambarkan sebagai sosok raksasa dasamuka, yang dipersalahkan sebagai penculik Dewi Shinta. Kejam, troublemaker, dan keburukan keburukan lain terletak pada dirinya. Kebalikan dari Sang Rama Wijaya.


SISI RAMACANDRA

Dibalik kesempurnaan Sang Rama, banyak hal yang ternyata berkebalikan. Mengapa seperti itu? Sang Ramawijaya yang "katanya" pangeran sempurna itu tak diberi bantuan sedikitpun oleh kerajaannya untuk menjemput kembali sang dewi. Malah hanya dibantu oleh pasukan kera pimpinannya Hanoman.

Itu pun didapat karena ia membantu Sugriwa dan Hanoman menggulingkan Subali yang notabene penguasa Kerajaan Kiskenda. Yang dilakukan dengan cara membokongnya lewat belakang. Ini tentu bukan tindakan seorang ksatria. Lalu bagaimana mungkin bisa disebut benar menggulingkan pemerintahan yang sah?

Selain itu, ada kekecewaan yang dirasakan Shinta karena yang menjemputnya bukan sang pujaan hati. Sang Rama hanya mengutus Hanoman. Sehingga sang Shinta enggan untuk ikut, kalau Rama tak congkak untuk turun langsung menjemput, tentu peperangan bisa dicegah.

Yang paling aneh ketika sang dewi telah kembali dipelukannya. Sang Ramawijaya terhasut omongan rakyat sehingga tak mempercayai kesucian Shinta karena telah bertahun-tahun di istana Rahwana. Meskipun berkali kali Dewi Shinta mengatakan bahwa selama di Kerajaan Alengka dia tidak pernah disentuh oleh Rahwana, Sang Rama tetap tidak percaya. Untuk membuktikannya, sang dewi akhirnya terjun ke dalam bara api. Lebih aneh lagi ketika sang dewi selamat dan tak tersentuh api sedikitpun yang mengisyaratkan bahwa ia memang setia menjaga kesucian dari Rahwana, malah Ramawijaya tetap mengusirnya. Apakah ini yang digambarkan sebagai cinta sejati?


SISI RAHWANA

Prabu Rahwana, jika dibandingkan dengan Sang Rama dari segi apapun, memang kelihatannya tidak sebanding. Rahwana selalu lebih buruk, bahkan seolah olah Rahwana adalah kebalikan sifat Sang Rama. Namun dibalik sisi seram yang tertampil darinya ternyata ia merupakan raja yang luarbiasa. Digambarkan bahwa kerajaan Alengka begitu sejahtera serta aman dari gangguan.

Ini berarti, berlawanan dengan penggambaran sebelumnya yang mengatakan bahwa ia kejam, sumber kekacauan. Seluruh rakyatnya rela memberikan jiwa raga saat pasukan kera yang dipimpin Hanoman menyerang Alengka. Sekali lagi kita disajikan hal yang aneh, penggambaran awal tentang raja yang kejam menjadi tersapu. Bagaimana bisa raja yang kejam dibela mati-matian oleh rakyatnya?

Selain itu Rahwana memiliki pengetahuan dan kesaktian yang luarbiasa tinggi. Dia melalui tapa yang begitu panjang demi mendapatkan banyak kesaktian dan pengetahuan. Sehingga melewatkan sayembara mendapatkan Shinta saat dia masih bertapa. Kalau tidak, bukan tidak mungkin Rama dikalahkannya.

Tergambar juga bagaimana kebaikan Rahwana setelah Shinta diculik dan dibawa ke Kerajaan Alengka. Selama bertahun tahun disekap, Sinta diperlakukan bak ratu oleh Rahwana. Meski dia bisa memaksa atau bahkan memperkosa Shinta, Rahwana tak pernah mau melakukannya.

Rahwana tahu, cinta sejati tak butuh dipaksa. Dia tak pernah menyentuhnya, dia menunggu.
Menunggu adalah hal terbaik agar sang dewi tak terluka hatinya. Agar sang dewi mencintainya sepenuh hati. Suatu saat nanti. Walaupun itu entah kapan.

Setiap hari Rahwana mendatangi Shinta dengan beragam puisi. Dia selalu minta maaf karena telah menculiknya. Semua itu dilakukan agar Shinta bersedia menjadi permaisuri, satu-satunya istri terkasih. Meskipun Shinta selalu menolak.


AKHIR KISAH

Apa yang datang dari hati, pasti sampai ke hati. Sekejam apa pun Rahwana, ketulusannya pelan-pelan dirasakan oleh Shinta.

Selama dirinya di Alengka, Rahwana berubah menjadi baik dan murah senyum sehingga mengubah suasana kerajaan menjadi baik pula dan penuh kedamaian. Shinta mulai tergoda tapi di sisi lain dia tak mau mengkhianati suaminya.

Namun, sekian tahun lamanya, kenapa Rama tak kunjung juga menyelamatkannya? Apakah suaminya sudah tak mencintainya lagi?

Dalam diam Rahwana dan Shinta saling bicara,
"Tidakkah kau juga mencintaiku Sinta? Tidakkah kau mengingatku walau sedikit saja, sebagai pria yang pernah kau cintai sampai mati." tanya Rahwana
"Aku sebenarnya juga mencintaimu. Namun aku terikat dengan Rama. Jika kamu mencintaiku, tolong relakanlah aku dan kembalikanlah aku." balas Shinta

Kata-kata Shinta ibarat mantra yang menyihir Rahwana. Sebab, selama hidupnya, hanya kata-kata itulah yang dinanti.

Akhirnya Rahwana memutuskan berduel dengan Rama. Apabila ia kalah, maka dikembalikanlah Dewi Shinta ke pelukan Sang Rama.

Ketika Rama datang dengan Balatentara Wanara dan Hanoman, dengan gagah berani Rahwana menyambutnya.

“Aku mencintai Shinta, Rama! Aku akan melakukan apa pun untuknya. Aku benar-benar mencintainya, bukan sepertimu yang menikahinya hanya karena berhasil memenangkan sayembara. Semua perbuatanku yang kau sebut ‘mengacau’ sebenarnya adalah usahaku dalam rangka mendapatkan cintaku kembali"

Pertarungan pun terjadi. Dengan dibantu Hanoman, Rama berhasil mengalahkan Rahwana dan membunuhnya. Shinta pun kembali jadi miliknya.

Dia lari menghambur ke pelukan Rama. Namun, sambutan Rama justru tak dia duga. Rama termakan omongan rakyat, jangan-jangan Sinta telah dinodai Rahwana. Berkali-kali Sinta menjelaskan bahwa dirinya masih suci. Rahwana tidak sekali pun pernah menyentuhnya. Tapi Rama tak juga percaya. Hingga akhirnya, Sinta nekat membuktikan kesuciannya dengan menceburkan diri ke bara api.

Karena dia masih suci, api tak bisa membunuhnya. Meskipun seperti itu, tetap saja Rama mengusir Shinta yang nantinya akan sampai di Pertapaan Walmiki.

Tinggal kemudian sukma Rahwana yang menangis sejadinya karena nestapa cinta. Kenapa takdir tidak memilihnya? Andai dia ikut sayembara pastilah Shinta menjadi miliknya, Kenapa pula Sinta memilih pria yang tidak mempercayainya 100 persen? Sementara bagi Rahwana, Shinta ternoda atau tidak, cantik atau tidak dia tetap akan mencintainya.

Disudut lain yang tak terlihat, Shinta tersedu pilu karena Rahwana sudah tak ada lagi di dunia yang ditempatinya, tak menghirup lagi udara yg dihirupnya.

~~~~~

"Tuhan, bila cintaku pada Shinta terlarang, mengapa kau bangun megah perasaan ini dalam sukmaku?" Rahwana.

Sepertinya kita sendiri harus memikirkan kembali mana yang hitam dan yang putih. Serta mengingat bahwa sejatinya tidak ada yang benar benar putih maupun benar benar hitam. Karena apa yang kita lihat belum tentu itulah yang sebenarnya terjadi.

Izinkanlah aku mencintaimu seperti Rahwana mencintai Shinta, meskipun ia harus mati ditangan Rama, tapi ia mati dalam keadaan memperjuangkan cintanya.

0 komentar: